My struggle with Preeklamsi

Hasil kontrol kemarin benar-benar membuat saya syok dan ingin menangis. Saya yang selama ini merasa baik-baik saja dan masih kuat untuk bolak balik Denpasar-Bukit via motor harus menerima kabar bahwa hasil cek lab saya kemarin menunjukkan bahwa saya mengalami preeklamsia ringan. Hati saya benar-benar kacau, saya yang hanya tinggal berdua dengan suami harus menerima ujian ini. Salah saya juga sebenarnya yang tidak mawas diri padahal saya tau persis riwayat keturunan saya yang memang punya hipertensi, tapi saya tidak pernah menyangka bahwasanya saya akan mengalami preeklamsia di kehamilan pertama saya ini.
Jujur, bukannya saya "campah" atau terlalu cuek dengan kehamilan ini, tapi keadaan yang membuat saya harus mandiri dan kuat, keadaan yang menjadikan saya harus terus bersemangat dalam menjalani semua ini.

Saya berusaha sekuat tenaga dan pikiran saya untuk bisa menyelesaikan tanggung jawab saya sebagai seorang mahasiswa akhir, perjuangan saya yang mana saya harus berhadapan dengan responden saya yang notabene penderita TB paru, kemudian perjuangan membantu persiapan pernikahan yang mana suami saya kerjakan almost 80% sendirian, hingga detik ini saya berjuang menjalani bahtera rumah tangga kami ini dan akan terus berjuang demi anak kami.

Keadaan pulalah yang membuat saya dan suami mengikhlaskan semuanya pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, apapun yang terjadi kami akan jalani sebagai bagian dari karma dan tugas kami dalam menyelesaikan samsara. Hal itulah yang membuat saya tidak pernah ragu untuk naik motor kemana-mana atau tidak pernah letih untuk mengerjakan semua nya sendirian. Karena saya percaya tuhan dan sesuunan akan selalu bersama dengan kami. Beliau akan menjaga umatnya dan saya percaya beliau tidak akan memberikan ujian diluar kuasa umatnya.

Suami saya selalu mengingatkan saya, "apapun yang terjadi kuatkan diri kita karena kita tidak punya siapa-siapa disini, jangan manja dan jangan suka mengeluh". Pesannya selalu terngiang dalam benak saya dan sayapun mengamininya sebagai bekal saya untuk terus berjuang menghadapi segalanya yang ada di depan.

Saya mungkin bukanlah seorang ibu yang lemah lembut dan baik hati tapi saya percaya bahwa ini adalah cara yang terbaik untuk mengajarkan pada calon anak saya bahwa hidup yang kami jalani saat ini tidak mudah tapi bukan berarti semua itu akan menyurutkan langkah kami sebagai orang tuanya untuk berhenti dan memilih pergi meninggalkan semua perkara, tapi kami akan maju dan berjuang paling depan untuk membahagiakan calon anak kami.

Untukmu anakku, mari kita sama-sama berjuang, mama yakin kamu dan mama akan melewati semua ini dengan baik-baik saja, astungkara Tuhan dan sesuunan akan selalu mengiringi langkah baik ini, awignam astu.




Komentar

Postingan Populer